Komponen Dasar Sistem Pakar
Komponen
Dasar Sistem Pakar
Suatu sistem disebut sebagai sistem pakar jika
mempunyai ciri dan karakteristik tertentu. Hal ini juga harus didukung oleh
komponen-komponen sistem pakar yang mampu menggambarkan tentang ciri dan
karakteristik tersebut.
Penjelasan dari struktur bagan sistem pakar di atas, dapat disimpulkan
bahwa ada tiga unsur penting dari pengembangan sistem pakar, yatiu adanya
pakar, pemakai dan sistem. Pakar adalah orang yang mempunyai pengalaman khusus
akan suatu masalah. Dalam sistem, pengalaman tersebut disimpan sebagai basis
aturan. Sedangkan pemakai adalah seorang yang ingin berkonsultasi dengan pakar
lewat sistem. Sistem sendiri yang menyediakan berbagai fasilitas untuk m enghubungkan
pakar dan pemakai [3].
Komponen-komponen dari sistem pakar yaitu fasilitas akuisisi pengetahuan,
basis pengetahuan dan basis aturan, mekanisme inferensi, fasilitas penjelasan
sistem dan antar muka pemakai. Berikut adalah penjelasan sistem masing-masing
komponen.
1. Fasilitas Akuisisi Pengetahuan
Fasilitas ini merupakan suatu proses untuk mengumpulkan data-data
pengetahuan akan suatu masalah dari pakar. Bahan pengetahuan dapat ditempuh
dengan beberapa cara, misalnya mendapatkan cara, misalnya mendapatkan pengetahuan
dari buku, jurnal ilmiah, para pakar dibidangnya, laporan, literatur, dan
seterusnya. Sumber pengetahuan tersebut dijadikan dokumentasi untuk dipelajari,
diolah dan diorganisasikan secara terstruktur menjadi basis pengetahuan.
Contoh akuisisi pengetahuan adalah diagnosis kerusakan mesin sepeda motor
yang dimulai dengan mengumpulkan data tentang macam-macam kerusakan, penyebab
kerusakan, ciri-ciri kerusakan sampai pada solusinya. Data tentang kerusakan
mesin ini dapat diperoleh langsung dari pakar dibidangnya.
2. Basis Pengetahuan dan Basis Aturan
Setelah proses akuisisi pengetahuan selesai dilakukan, maka pengetahuan
tersebut harus dipresentasikan menjadi basis pengetahuan dan basis aturan yang
selanjutnya dikumpulkan, dikodekan, diorganisasikan dan digambarkan dalam bentuk
rancangan lain menjadi bentuk yang sistematis.
Dalam pemrograman non-visual, basis aturan sering diimplementasikan dalam
bentuk IF THEN. Teknik demikian memerlukan aturan yang sangat banyak dan sulit
untuk dikembangkan karena bersifat statis. Apabila ditemukan pengetahuan baru yang harus diinputkan atau
diedit, maka keseluruhan listing program harus diubah dan memerlukan banyak
waktu untuk menelusuri kembali listing perlisting.
Untuk memecahkan masalah yang tidak fleksibel, maka pemrograman visual
umumnya menyediakan sarana untuk mengembangkan tabel-tabel penyimpanan data
yang terangkum dalam sebuah database. Tujuannya adalah untuk memudahkan proses
mekanisme inferensi dalam penelusuran dan memanipulasi data.
3. Mekanisme Inferensi
Mekanisme inferensi adalah bagian dari sistem pakar yang melakukan
penalaran dengan menggunakan isi daftar aturan berdasarkan urutan dan pola
tertentu. Selama proses konsultasi antar sistem dan pemakai, mekanisme
inferensi menguji aturan satu demi persatu sampai kondisi aturan itu benar.
Secara umum ada dua teknik utama
yang digunakan dalam mekanisme inferensi untuk pengujian aturan, yaitu
penalaran maju (forward chaining) dan
penalaran mundur (backward chaining).
- Penalaran Maju (Foreward Chaining)
Penalaran maju merupakan penalaran dari keadaan awal menuju keadaan
tujuan. Proses pelacakan maju dimaksudkan untuk menjadi pendorong data.
- Penalaran Mundur (Backward Chaining)
Merupakan penalaran dari noda tujuan dan bergerak ke belakang menuju
keadaan awal. Dalam penalaran kebebelakang prosesnya disebut terarah.
Selain teknik penalaran, diperlukan juga teknik data dalam bentuk network
atau jaringan yang terdiri atas node-node berbentuk tree atau pohon. Ada 3 teknik yang
digunakan dalam proses penelusuran data, yatiu Depth First Search, Breadth First Search, dan Best First Search.
0 komentar:
Posting Komentar